Perjalanan ke alam bebas, mesti lah bermakna, bukan lah memindahkan 'hedonisme' yang sebelumnya di kota menjadi berkedok alam bebas. Jika kita tidak belajar, memperhatikan, dan menghayati perjalanan, maka perjalanan itu sendiri dikhawatirkan menjadi suatu hal yang sia-sia.
Sejatinya, bukan lah puncak yang bermakna, melainkan proses menuju puncak tersebut. Jika mencapai puncak dilakukan dengan berkendara, memang lebih mudah, namun indahnya pelajaran dan perjuangan menuju ke puncak itu sendiri tidak dapat dirasakan.
Mari pergi, ke tempat yang sama sekali tak kita kenal, berbaur dengan alam dan masyarakatnya. Menghayati keagungan Allah - Yang Maha Besar, merenungi kelemahan sendiri, menemukan betapa kerdilnya diri di tengah semesta ini.
- Dani Keliat, Ragajaya 2021